Rahim Pengganti

Bab 64 "Tikus Kecil"



Bab 64 "Tikus Kecil"

0Bab 64     
0

Tikus Kecil     

Malam harinya, semua orang sudah masuk ke dalam kamar mereka masing masing sedangkan Bian dan Caca sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar mereka. Bian masih di dalam kamar mandi, pria itu baru saja masuk, sedangkan Caca saat ini mencoba untuk memompa ASInya. Tadi sebelum pulang, Caca berkonsultasi dengan dokter anak dan beberapa dokter lainnya. Karena dirinya yang baru sadar dari koma dan mengkonsumsi banyak obat obatan sebelumnya, membuat produksi ASI Caca sedikit terganggu.     

Hal itulah yang membuat Caca meminta saran mengingat anaknya masih sangat kecil dan harus diberikan banyak asupan ASI yang pas. Apa lagi susu formula yang belum baik diberikan kepada anak di usia saat ini. Dokter menyarankan Caeissa untuk meminum beberapa obar pelancar ASI dan baru dua kali meminumnya, wanita itu sudah merasakan hal berbeda di area bukit kembarnya. Apa lagi tadi Mama Ratih memintanya untuk mengkonsumsi beberapa sayuran karena Caca sempat meminta pendapat untuk hal tersebut.     

Carissa tidak sadar jika sejak tadi suaminya itu sudah berada di dekatnya. Bian terkejut saat melihat hal yang dilakukan oleh istrinya itu. Namun, Bian seketika langsung menghela napas panjang.     

"butuh bantuan?" tawar Bian. Mendengar suara suaminya itu, membuat Carissa menoleh dan wanita itu seketika terkejut dengan apa yang dirinya lihat. "Mas,"pekik Carissa, wanita itu langsung menutupi dada nya untunglah hanya sebelah yang terlihat. Melihat raut wajah memerah di pipi istrinya itu, membuat Bian terkekeh geli, pria itu mencoba menahan tawanya takut sang istri marah karena dirinya tertawa keras.     

"Maaf, kamu butuh bantuan. Mungkin Mas bisa membantu," tawar Bian lagi. Mendengar hal itu semakin membuat Carissa memejamkan matanya karena mlu dengan apa yang sudah terjadi. Malu karena Bian melihat nya yang seperti itu. Carissa tidak menangapi ucapan dari suaminya itu, dirinya tetap memompa ASI nya, hingga tangan Bian terjulur untuk membantunya. Pandangan keduanya saling bertemu, Carissa tidak bisa berkata kata lagi, wanita itu pasrah dengan apa yang terjadi.     

"Bukannya dokter juga mengatakan kalau kamu kesulitan, bisa meminta bantuan aku. Kamu gak usah malu, kita sepasang suami istri dan wajar jika Mas membantu kamu, apa lagi ini juga demi anak kita," ujar Bian.     

***     

Keduanya sudah selesai dengan kegiatan tadi, syukurlah berkat bantuan Bian dua botol ASI untuk Melody terpenuhi. Hal itu membuat mood Carissa yang tadi kesal tiba tiba berubah menjadi baik karena melihat hasil yang begitu luar biasa. Saat ini Bian tersu memandangi sang istri yang baru berada di dekat box bayi anak mereka. Senyum dibibir Bian sejak tadi sudah terbit, apa lahi saat melihat tingkah laku istrinya yang begitu mengemaskan. Bian jadi ingin melihat raut wajah Carissa yang selalu merona saat dirinya dengan sengaja menggoda istrinya itu.     

"Udah?" tanya Bian kepada istrinya itu, Caca langsung menganggukkan kepalanya, wanita itu segera naik ke atas temat tidur, Bian segera menarik Carissa untuk masuk ke dalam dekapannya. Malam ini, akhirnya mereka bisa tidur dengan berpelukan nyaman, berbeda dengan malam sebelunya.     

***     

Pagi pagi sekali, Bian sudah ditelpon oleh Elang, pria itu mengatakan ada hal serius yang harus ketiganya bahas. Bian yang malas untuk pergi ke kantor menjadi semangat saat tahu apa yang akan mereka bahas nanti, dan hal itu benar benar membuat Bian langsung bergegas pergi e kantor.     

"Mas pamit dulu ya, ada kerjaan yang harus Mas selesaikan," pamit Bian kepada istrinya itu.     

"Mau kemana? Kamu belum sarapan, nanti saja perginya. Yang penting kamu minum dulu, the yang sudah saya buatkan untuk kamu," ujar Caca.     

"Ta- tap …,"     

"Udah kamu duduk Bian. Caca udah buatin sarapan untuk kamu masa kamu tega nggak menghabiskannya," ujar Mama Ratih.     

"Iya. Suami macam apa kamu," sindir tante Elsa. Kalau sudah seperti ini, Bian hanya bisa pasrah. Pria itu segera duduk dikursi, jika sudah seperti ini Bian hanya bisa mengalah. Melihat suaminya yang sudah duduk, segera Carissa melayani Bian. Entah kenapa sejak bangun dari pelukan Bian, membuat perasaan Caca berbeda.     

Suasana sunyi, hingga suara tante Elsa membuat mereka semua menoleh ke arahnya.     

"Bian, tante serius. Kamu harus segera mengurus surat cerai kamu dengan wanita ular itu, tante tidak mau masalah ini jadi meluas. Ingat ada perasaan Carissa di sini," ucap tante Elsa. Bian yang akan menyendokkan makanannya di urungkan. Pria itu hanya mendesah pelan, sungguh Bian sudah memikirkan hal itu tanpa harus di ingatkan berulang kali.     

"Karena tante tidak mau memiliki hubungan dengan wanita yang sudah membunuh Mas Satriawan," ucapnya yang terdengar dengan isakan tangis.     

***     

Bian segera menuju ruangan, sejak tadi Elang sudah sibuk menelponinnya, pria itu sudah tidak sabar menujukkan sebuah pertunjukkan yang akan membuat Bian terkejut, karena tidak menyangka dengan apa yang sudah terjadi.     

Pintu ruangan Bian terbuka, Elang dan Jodi langsung menatap kea rah Bian. Keduanya langsung memberikan kode kepada Bian untuk duduk dikursinya.     

"Loe lama banget sih," ucap Jodi kesal.     

"Sorry, di rumah lagi ada drama panjang."     

"Drama apaan? Emang ada apa di sana."     

"Tante Elsa, biasa. Dia pengen gue ceraikan Della secepatnya, dia tidak mau memiliki hubungan dengan wanita yang sudah menyebabkan Papa meninggal. Tanpa tante Elsa menyuruh pun gue akan lakukan itu. Sudah cukup wanita itu merusak semuanya," jelas Bian.     

"Bagus kalau loe berpikir seperti itu, gue orang pertama yang bakalan mukul loe kalau loe masih mau menerima Della," ancam Elang. Bian mengerti kenapa semua orang bersikap seperti ini, semua ini karena Bian yang selalu menutup mata dengan apa yang pernah terjadi, sehingga membuatnya dibutakan oleh sebuah hal yang dilakukan oleh Della. Bahkan Bian bisa tertipu dengan wajah manis Della yang terjadi menyimpan banyak rahasia, yang sangat dalam dan besar.     

"Oke! Selesai kita bahas tentang dia, sekarang gue pengen loe jelaskan semuanya, dan kenapa loe terlihat bahagia membahas hal ini," ujar Bian. Elang langsung menyalahkan laptopnya, di sana ada sebuah rekaman yang membuat mata Bian melotot tajam. Di dalam rekaman, itu terlihat seorang pria yang dengan sengaja menyadap komputer komputer yang ada di perusahaannya, dan membuat beberapa file penting tidak bisa di selamatkan, melihat hal itu membuat Bian mengerang kesal. Pria itu terlihat sangat marah dengan kebenaran yang ada di depan matanya.     

"Ternyata ada orang yang sengaja melakukan semuanya, tapi loe tenang aja. Dia sudah kita amankan, jadi tinggal menunggu perintah dari loe," ucap Jodi.     

"Ternyata ada tikus kecil yang mencoba menganggu kita. Gue serahkan semuanya sama kalian, gue yakin dalang dari orang tersebut adalah orang dalam juga. Tidak mungkin dia bisa tahu, sedangkan melihat dari wajahnya saja, dia orang baru di perusahaan ini," ujar Bian.     

"Benar ada seseorang yang juga kuat yang ingin menjatuhkan loe. Gue Cuma bisa bilang, loe harus hati hati Bian, musuh loe bukan Cuma Della istri loe itu, tapi ada orang lain yang ingin menjatuhkan kalian," ucap Elang.     

Bian menganggukkan kepalanya, sejak sang Papa meninggal dunia dan Perusahaan keluarga jatuh ketangan Bian, sejak saat itu juga Bian sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan sekitar. Namun, selama ini Bian hanya menganggapnya santai hingga kejadian di perusahaannya beberapa hari lalu, membuat Bian sadar akan musuh di dalam selimut yang ternyata sangat berbahaya.     

###     

Halo. Selamat membaca ya, semoga tetap suka. Love you guys, sehat terus yaaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.